Fakta yang terlupakan

   Dr. Fuat Sezgin yang juga Pengarah dan Pengasas Institut Sejarah Sains Arab-Islam, Universiti Johan Wolfgang, Goethe, Frankfurt, Jerman, mengatakan bahwa kehebatan ilmuwan Islam ratusan abad silam adalah kehebatan yang tidak ternilai. Pada abad kegemilangan Islam banyak orang-orang Eropa yang belajar untuk menuntut ilmu di berbagai cabang pengetahuan dari para pakar Islam.
   Tetapi setelah zaman kegelapan datang banyak pula hasil-hasil ilmuwan tersebut yang juga diselewengkan dan kemudian disebarluaskan dengan informasi yang salah secara meluas.Ia memberi contoh seperti Al-Razi, adalah ilmuwan terkemuka yang menjadi penemu teknik jahit luka. Ilmuwan kelahiran Iran tersebut tidak sangat terkenal dibandingkan dengan Ibnu Sina yang sebenarnya adalah muridnya. Tokoh ilmuwan Islam ini yang sebenarnya bernama Muhammad bin Zakaria juga terkenal tidak tertandingi pada masanya ditahun 240 Hijriah/854 Masehi. Di dunia pengobatan ia sangat pandai meramu, mengenali dan menemukan obat. Al-Razi selain menjadi orang pertama yang membuat jahitan dengan benang terbuat dari serat juga dikenal sebagai orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar dengan campak.
  Kecemerlangan dan kegemilangan sejarah Islam dalam sains akan berbanding terbalik apabila kita melihat sejarah perkembangan politik Islam. Apabila dalam sains, Islam banyak memberikan sumbangan bagi peradaban umat manusia, maka sebaliknya dalam politik Islam justru memperlihatkan kuatnya pengaruh kekerasan dalam setiap proses transformasi kekuasaan politik. Sebagaimana sejak awal terjadi pasca Nabi, dengan lahirnya kepemimpinan Khulafa’ur Rasyidin (AbuBakr (632-634), Umar bin Khattab (634-644), Ustman bin Affan (644-650) dan Ali bin Abi Thalib (650-661) ), yang telah menjadikan benih kekerasan politik berangsur–angsur tumbuh sebagai sebuah tradisi tunggal dalam proses sirkulasi kekuasaan politik.
Kehidupan modern tak lepas dari penemuan-penemuan ilmuwan muslim. Proyek 1001 kembali mengingatkan sejarah 1000 tahun warisan muslim yang terlupakan.


Ada sebuah lubang dalam ilmu pengetahuan manusia, melompat dari zaman Renaisans langsung kepada Yunani,” ujar Chairman Yayasan Sains, Teknologi dan Peradaban Profesor Salim al-Hassani pemimpin 1001 Penemuan.

   Surat kabar terkemuka di Inggris, The Independent pada edisi 11 Maret 2006 sempat menurunkan sebuah artikel yang sangat menarik bertajuk ''Bagaimana para inventor muslim mengubah dunia.'' The Independent menyebut sekitar 20 penemuan penting para ilmuwan Muslim yang mampu mengubah peradaban umat manusia, salah satunya adalah penciptaan kamera obscura.Jauh sebelum masyarakat Barat menemukannya, prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera telah dicetuskan seorang sarjana Muslim sekitar 1.000 tahun silam. Peletak prinsip kerja kamera itu adalah seorang saintis legendaris Muslim bernama Ibnu al-Haitham. Pada akhir abad ke-10 M, al-Haitham berhasil menemukan sebuah kamera obscura.
   Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, sang fisikawan Muslim legendaris itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.
   Diceritakan bahwa ilmu geografi dihidupkan kembali abad ke-15, ke-16 dan ke-17 ketika pekerjaan Ptolemius di masa lampau ditemukan. Penjelajah dengan ekspedisi-ekspedisi Portugis dan Spanyol juga mendukung hal ini. Risalah pertama berbasis ilmiah tentang geografi dihasilkan selama periode ini oleh sarjana-sarjana Eropa.
  fakta sesungguhnya?
 Ahli geografi Islam menghasilkan buku-buku yang tak terhitung tentang Afrika, Asia, India, Cina dan orang-orang Indian selama abad ke-8 hingga abad ke-15. Tulisan-tulisan itu mencakup ensiklopedi geografi pertama di dunia, almanak-almanak dan peta jalan. Karya-karya agung abad ke-14 oleh Ibnu Battutah menyediakan suatu pandangan yang terperinci mengenai geografi dunia di masa lampau. Ahli geografi Muslim dari abad ke-10 sampai abad ke-15 telah melampaui hasil dari orang-orang Eropa tentang geografi daerah-daerah ini dengan baik ketika memasuki abad ke-18. Para penjelajah Eropa menyebabkan kehancuran pada lembaga pendidikan, sarjana-sarjana dan buku-buku mereka. Mereka tidak memberikan makna apa pun pada perkembangan ilmu geografi untuk dunia Barat.
  Berbagai bentuk jam mekanik dihasilkan oleh insinyur-insinyur Muslim Spanyol, ada yang besar dan kecil, dan pengetahuan ini kemudian sampai ke Eropa melalui terjemahan buku-buku mekanika Islam ke bahasa Latin. Jam-jam ini menggunakan sistem picu beban. Gambar desain dari beberapa bagian gir dan sistem kerjanya juga ada. Jam seperti itu dilengkapi dengan buangan air raksa, jenis yang kemudian secara langsung dijiplak oleh orang-orang Eropa selama abad ke-15. Sebagai tambahan, selama abad ke-9, Ibn Firnas dari Spanyol Islam, menurut Will Durant, menemukan sebuah alat yang mirip arloji sebagai penanda waktu yang akurat. Ilmuwan-ilmuwan Muslim juga membangun bermacam jam-jam astronomi yang sangat akurat untuk digunakan dalam observatorium-observatorium mereka.
  Dikatakan bahwa selama abad ke-17 Rene Descartes telah menemukan bahwa aljabar bisa digunakan untuk memecahkan persoalan geometris. Tetapi jauh sebelumnya, yakni sejak abad ke-9, para ahli matematika di masa kekhalifahan Islam sudah melakukan hal yang sama. Pertama adalah Thabit bin Qurrah, kemudian diikuti oleh Abu Al-Wafa pada abad ke-10 dengan membukukan kegunaan Aljabar untuk mengembangkan geometri menjadi eksak dan menyederhanakan sains.
  Fakta sebenarnya adalah ahli ilmu falak (ilmu bintang) Islam membuat banyak perbaikan-perbaikan atas penemuan Ptolemius sejak abad ke-9. Mereka adalah ahli ilmu falak pertama yang memperdebatkan gagasan-gagasan kuno Ptolemius. Di dalam kritik mereka atas orang-orang Yunani, mereka manyatukan bukti bahwa matahari adalah pusat dari sistem matahari dan bahwa garis orbit bumi dan planet-planet lainnya boleh jadi berbentuk lonjong (elips). Mereka menghasilkan ratusan tabel-tabel astronomikal dengan keakuratan tinggi dan gambar-gambar bintang. Banyak dari kalkulasi mereka sangat akurat sehingga mereka dihormati pada masa itu. Tabel milik Alphonso (Alphonsine Tables) hanyalah sekedar salinan dari pekerjaan ilmu bintang yang dipancarkan ke Eropa melalui Islam di Spanyol.

  Dengan demikian,di akui Islam pernah bangga dengan mercusuar yang gemerlap akan sains dan penemuan-penemuan yang teruji benar-benar validitas dan realibilitasnya. Dikatakan valid, ya karena ilmia, rasional,dan empiris. sedangkan realibilitasnya keajegannya (muwafakat fil haal wa zamaan)thanks bro...:p


Tags:
© 2013 The dark anco. All rights reserved.
Powered by Ancorez