Filsafat menurut Al-Fa'rabi

  Hay sob...!! Tahukah kamu siapa Al-Fa'rabi..?? Beliau adalah salah satu peletak batu pertama filsafat dalam islam. Nah, bagaimana pandangannya terhadap filsafat?? Yuk kita bongkar !

  Bagi Al-Fa'rabi, tujuan filsafat dan agama adalah sama. Loh kok bisa ya ?? Yaitu untuk mengetahui semua wujud. Hanya saja filsafat memakai argumen-argumen yang yakini dan ditujukan pada golongan tertentu, sedangkan agama memakai cara iqna'i (pemuasan perasaan) dan kiasan-kiasan serta gambaran, dan ditujukan kepada semua orang, bangsa dan negara. Mengenai pengertian filsafat, beliau mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud (al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tentang obyeknya, Al-Fa'rabi membaginya pada dua bagian.

  Pertama, al-falsafah an-nadhariyyah (filsafat teoritis), yaitu mengetahui sesuatu yang ada, dimana seseorang tidak perlu mewujudkannya dalam perbuatan. Bagian ini meliputi matematika, fisika dan metafisika. Masing-masing dari bagian tersebut mempunyai bagian-bagian lagi yang hanya perlu untuk diketahui saja.

  Kedua, al-falsafah al-'amaliyyah (filsafat praktis), yaitu mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dalam perbuatan dan yang menimbulkan kekuatan untuk mengerjakan hal-hal yang baik. Bagian ini adakalanya berhubungan dengan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang, disebut ilmu akhlak (etika), dan adakalanya berhubungan dengan yang seharusnya dilakukan oleh penduduk suatu negeri, disebut politik. *tapi tidak termasuk korupsi loh...hehehe*

  Tujuan terpenting mempelajari filsafat, menurut Al-Fa'rabi, adalah mengetahui Tuhan, bahwa Ia Esa dan tidak bergerak, bahwa Ia menjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada, bahwa Ia yang mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya. Seorang filosof adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang Zat yang ada dengan sendirinya (al-wajib li dzatihi). Wujud selain Tuhan, yaitu makhluk, adalah wujud yang tidak sempurna. Oleh karena itu, pengetahuan tentang makhluk adalah pengetahuan yang tidak sempurna.

  Mengenai ilmu mantiq, Al-Fa'rabi menganggapnya sebagai alat filsafat, bukan merupakan salah satu bagian dari filsafat. Ia mengatakan bahwa filsafat hanya bisa tercapai dengan kepandaian membedakan antara benar dan salah, dan kepandaian ini hanya bisa tercapai dengan kekuatan pikiran dalam mengetahui kebenaran. Kekuatan pikiran hanya bisa terwujud manakala kita memiliki kesanggupan untuk mengetahui bahwa sesuatu yang salah adalah salah, dan kemudian kita menjauhinya; sanggup pula mengetahui kesalahan yang kelihatan benar, kemudian kita tidak akan tertipu; sanggup pula mengetahui hal yang hakikatnya benar namun tampak salah, kemudian kita tidak akan menyalahkannya. Ilmu yang dapat memberi kesanggupan yang demikian itu adalah ilmu mantiq.

  Perlu diingat sob...!!
Mantiq memang menjamin kita lurus dalam berfikir, tapi tidak menjamin akan kebenaran, karena kebenaran hanya milik Allah SWT. Tapi setidaknya dengan mantiq akan memperkecil kemungkinan kita tersesat kejalan syetan, karena seorang mantiqy akan mempunyai disiplin yang tinggi dalam berfikir mencari kebenaran.

Tags: , , ,
© 2013 The dark anco. All rights reserved.
Powered by Ancorez